Oktober 01, 2012
Unknown
Pernah
menstimulus otak sendiri terhadap banyak hal yang pernah kamu atau oranglain
alami?
Semacam mencoba
beberapa jenis respon (reaksi) untuk
mendapatkan aksi yang tepat dalam menanggapi sebuah stimulus, stimulus dalam
artian berupa situasi, kondisi, keadaan, perilaku orang, dan lingkungan yang tentunya memberi pengaruh sebenarnya, mempelajari stimulus dan reaksi dan aksi yang akan diterapkan, memacu diri sendiri berusaha
menjadi orang yang belajar mengerti. Semacam member motifasi kepada
diri sendiri dalam mendorong diri sendiri (sikap, tindakan dan perilaku) untuk
melakukan tindakan (action) yang
tepat untuk menanggapi stimulus tadi.
Sebelum
membahas lebih dalam cie...udah kaya pakar psikologi aja, sebelumnya harus tahu lebih dulu, apa pengertian dari stimulus, presepsi,
dan respon. Stimulus adalah hal-hal yang
memacu seluruh indera untuk memberikan respon (positif dan negatif), kemudian
dijadikan sebuah persepsi lalu menjadi sebuah aksi (tindakan). Respon adalah tindakan yang dilakukan dalam
menanggapi sebuah stimulus, yang ditangkap oleh indra, baik itu direspon dengan
pikiran, atau respon dengan perilaku. Persepsi adalah mengolah pemikiran,
berupa hasil penginderaan menjadi sebuah tafsiran, anggapan, dan pemahaman sebagai
respon terhadap stimulus.
Setiap kita
pasti ingin menjadi diri kita yang terbaik, dengan memberikan respon yang TEPAT
terhadap stimulus tadi, gak semua orang bisa melakukan respon yang tepat
(bijak) terhadap stimulus yang dihadapinya, ya kan?. Yapp, semuanya butuh proses, proses belajar untuk
menemukan respon yang tepat terhadap stimulus, belajar dari banyak kesalahan orang
lain, atau kesalahan diri sendiri, ya setidaknya ada keinginan untuk
meningkatkan kualiatas diri (be the best our self) dengan merespon stimulus dengan
aksi yang tepat.
Mempelajari banyak hal, dengan memberikan banyak respon, dan tak
selamanya respon yang kita lakukan itu aksi yang tepat, bukan? gak ada yang
salah dalam mencoba dan gagal, yang perlu kita ketahui dengan banyaknya pelajaran dari kegagalan, hal ini bisa
memacu diri sendiri untuk memberikan respon yang tepat, dengan syarat gak
berpatokan pada satu respon aja, berpikir luas (tidak berpikir pada satu titik), bisa melakukan beberapa banyak respon, adakalanya feedback yang kita dapat gak selalu
tepat, tentunya ada saja yang gagal dan salah (itu artinya respon yang kurang tepat), ya
sedini mungkin dengan membandingkan dan menganalisa respon yang kita lakukan,
kita bisa mengeliminasi respon yang tidak tepat tadi. Dengan mempelajari banyak
respon terhadap kaitannya dengan stimulus, contohnya: self-asking “Jika aku
melakukan ini, apa yang terjadi, efeknya buat diriku, buat orang lain, setelah
itu apa yang terjadi??".
Dengan mengeliminasi respon-respon salah tadi
tentunya ada kemajuan- kemajuan cara berpikir dalam menanggapi stimulus dengan memikirkannya
terlebih dahulu sebelum melakukan aksi, Jika didukung dengan kesiapan untuk
bertindak maka akan tercapai aksi yang tepat dalam menanggapi (memikirkan dan
memberikan tindakan), sehingga aksi yang dilakukan diharapakan akan memuaskan. Nah, dari sekarang
eliminasilah respon yang tidak tepat terhadap stimulus, yang tidak sesuai dengan
motifasi, contoh respon yang bisa dieliminasi : Mudah tersinggung, Emosi, Moody, galau, tindakan yang berlebihan,
ketidak-pedulian, anggap remeh, sepele, sombong, angkuh, dan banyak lagi.
Setelah melakukan dan menidentifikasi banyak jenis respon, temukanlah respon yang tepat dan ada
berkaitan terhadap stimulus.
Semakin
banyak jenis respon yang diketahui, dengan mengelimanasi respon yang gak
penting, semakin tepat seseorang dalam memikirkan dan melakukan tindakan,
semakin puas seseorang dalam menyelesaikan masalahnya, semakin bijak dalam
menanggapinya, berilah penghargaan (self-reward)
terhadap pencapaian.
Stimulus
apapun itu jika dicocokkan dengan respon yang tepat, maka akan berhubungan
dengan aksi yang tepat pula. “kalau niatnya baik, pasti dapatnya baik juga”.
Artinya sebenarnya stimulus sudah memiliki pasangan respon yang bersesuaian,
semakin tepat kita memasangkannya maka semakin kuat (nyambung) antara aksi dan
reaksi, ada keterkaitan. sehingga respon dan aksi terhadap stimulus, menghasilkan jalan keluar : solusi (aksi yang tepat).
Contoh Stimulus : Dikecewakan
Reaksi / Respon:
Kecewa, Sedih, Marah, Cuek, Benci, Stress,
Galau, dendam, dll
Aksi
(Tindakan):
Masih
Berharap, berhenti berharap, cari kegiatan yang menarik, happy dengan
teman, merasa diri berharga.
Hasil
akhir : (isi sendiri)
……………………………………………….
Stimulus
apapun itu jika dicocokkan dengan respon yang tepat, maka akan ada reaksi dan
aksi yang tepat, kepuasan!. Pencapaian motifasi akhir sesuai harapan. Simple-nya,
kalau tindakan yang dilakukan kamu nyambung (ada kaitannya) denga masalah yang
dihadapi, semakin mudah dalam mengambil sikap (aksi-pencapaian harapan). Kalau
tindakan gak ada hubungannya terhadap masalah, usaha yang dilakukan mungkin gak
maksimal, dan cenderung gak berhasil, artinya respon terhadap stimulus gagal.
Ajak
kepalamu berpikir, Galau, emosian, tindakan yang berlebihan, tersinggung,
egois. Respon-respon seperti ini bukanlah dari dirimu yang terbaik, gak akan maksimal
menyelesaikan masalah, kamu udah boleh mikir untuk mengeliminasi itu. Saat kita
dihadapkan terhadap situasi baru, tentunya banyak respon baru yang akan
dilakukan, berpikir untuk melakukan banyak jenis respon, identifikasi sampai
menemukan respon yang tepat.
“…. kita
terlahir spesial, sama seperti yang lain yang terlahir spesial, sama.. –
MikaelHS“
So, untuk
menemukan “hubungan” antara respon dan stimulus inilah yang dinamakan “belajar
dari pengalaman pribadi atau bisa juga dari pengalaman orang lain”, semakin sering memberikan respon dan bereaksi yang tepat, maka semakin cermat dan tepat seseorang melakukan tindakan. maka semakin berjiwa besar lah seseorang, semakin positif
pola pikiranya, semakin bijaklah seseorang. Ya begitulah luar biasanya pikiran,
sesekali otak harus diajak mikir sebelum merespon, melakukan tindakan terhadap
suatu stimulus.
- Andik Charmerciello -
0 komentar :
Posting Komentar